Pendidikan dasar yang holistik merupakan salah satu kunci penting dalam membantu membangun kemandirian anak. Melalui pendidikan yang menyeluruh, anak dapat mengembangkan potensi mereka secara maksimal. Para ahli pendidikan sepakat bahwa pendidikan holistik tidak hanya fokus pada aspek akademis semata, tetapi juga melibatkan aspek keterampilan sosial, emosional, dan fisik.
Menurut Prof. Dr. Anies Baswedan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, “Pendidikan holistik sangat penting dalam membentuk karakter anak-anak kita. Anak-anak perlu belajar tidak hanya tentang matematika dan sains, tetapi juga tentang kreativitas, kepemimpinan, dan empati.”
Dalam konteks ini, penting bagi pendidik dan orang tua untuk memperhatikan metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak. Seorang anak perlu didorong untuk mengembangkan keterampilan sosialnya melalui interaksi dengan teman sebaya dan kegiatan ekstrakurikuler. Hal ini sejalan dengan pendapat Prof. Dr. John Hattie, seorang ahli pendidikan dari Universitas Melbourne, bahwa “Pendidikan holistik tidak hanya mengubah perilaku anak, tetapi juga memperkuat kemandirian mereka.”
Selain itu, pembelajaran yang menyenangkan dan menarik juga dapat membantu anak dalam proses belajar. Dr. Maria Montessori, seorang pendidik asal Italia, pernah mengatakan bahwa “Anak belajar melalui pengalaman langsung dan interaksi dengan lingkungannya. Oleh karena itu, pendidikan harus memperhatikan keunikan setiap anak dan memberikan kesempatan bagi mereka untuk belajar secara mandiri.”
Dengan pendekatan pendidikan holistik, diharapkan anak-anak dapat tumbuh menjadi individu yang mandiri, kreatif, dan berempati. Membangun kemandirian anak melalui pendidikan dasar yang holistik bukanlah tugas yang mudah, tetapi dengan kerja sama antara pendidik, orang tua, dan masyarakat, hal ini dapat tercapai dengan baik.